Minggu, 04 Juli 2010

Pergerakan Iman Seseorang

Iman Bertambah dan Berkurang

Kita harus meyakini bahwa iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Allah Ta'ala berfirman,“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keiman-an mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al-Fath: 6)

Firman Allah Ta'ala, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karena-Nya).” (QS. Al-Anfal: 2)

Firman Allah Ta'ala, “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, ”Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”. Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.” (QS. 9:124)

Di dalam sebuah hadits Muttafaq ’alaih disebutkan bahwa Allah akan mengeluarkan dari neraka orang yang di hatinya masih ada sebiji gandum dari iman, sebesar zarah atau sebiji sawi dan yang lebih kecil lagi dari itu. Ini menunjukkan bahwa ukuran keimanan itu berbeda-beda dan dapat berubah-ubah.

Dosa Besar Tidak Menggugurkan Keimanan

Seorang muslim tidak boleh dikafirkan dengan sebab melakukan dosa besar (kabair), kecuali bila mela-kukan pembatal keimanan seperti syirik atau apabila ia menghalalkan perbuatannya itu.
Firman Allah Ta'ala, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisaa’: 48 dan 116)
Berdasarkan ayat ini, maka pelaku dosa besar masih dalam lingkup Islam, ia berada di bawah kehendak Allah, apakah diadzab atau diampuni semua terserah Allah. Dan yang dimaksudkan dosa disini adalah dosa yang tidak ditaubati hingga dibawa mati.

Allah Ta'ala berfirman,“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah Allah Ta'ala berfirman,“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. 49:7)
Ayat di atas menunjukkan, bahwa Allah membedakan antara kekufuran Ayat di atas menunjukkan, bahwa Allah membedakan antara kekufuran dengan yang lebih kecil daripadanya yaitu kefasikan dan kemaksiatan.

Nabi SaW bersabda, “Mencaci maki orang Islam adalah kefasikan, sedangkan memeranginya adalah kekufuran.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam hadits ini Rasulullah n membedakan antara kefasikan dan kekufuran.

Sabda Nabi SAW, “Syafaatku bagi pelaku dosa besar dari umatku.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban). Adanya syafaat dari Nabi n kepada ahlul kabair (pelaku dosa besar) menunjuk-kan bahwa mereka masih berada dalam lingkup iman.

Keimanan Gugur dengan Riddah

Iman dapat gugur atau batal dengan riddah (murtad), sebagaimana wudlu batal dengan hadats. Riddah terjadi dengan keluarnya seseorang dari Islam secara total, lalu masuk agama lain, atau pengingkaran yang murni terhadap ajaran Islam. Dapat pula terjadi karena tidak menerima sesuatu yang telah diturunkan oleh Allah setelah adanya ilmu, baik itu dengan mendustakan atau menolaknya. Orang yang mati dalam keadaan Iman dapat gugur atau batal dengan riddah (murtad), sebagaimana wudlu batal dengan hadats. Riddah terjadi dengan keluarnya seseorang dari Islam secara total, lalu masuk agama lain, atau pengingkaran yang murni terhadap ajaran Islam. Dapat pula terjadi karena tidak menerima sesuatu yang telah diturunkan oleh Allah setelah adanya ilmu, baik itu dengan mendustakan atau menolaknya. Orang yang mati dalam keadaan mur-tad, maka seluruh amalnya terhapus.

Allah Ta'ala berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)
Ketika iblis enggan untuk taat kepada Allah, maka keimanannya men-jadi gugur, sehingga disebut sebagai kafir dan berhak mendapatkan laknat dan adzab yang kekal.

Firman Allah Ta'ala, “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalan-nya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 217)

Firman Allah Ta'ala, “Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima Firman Allah Ta'ala, “Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang- orang yang sesat.” (QS. 3:90)
Barang siapa yang kufur setelah beriman dan terus dalam kekufurannya hingga mati, maka tidak akan diterima taubatnya, ketika sudah menjelang ajal.

Sumber : Kitab “Maa la yasa’u al-Muslim jahluhu” DR. Abdullah Al-Muslih dan DR. Sholah ash-Showi.

1 komentar:

  1. Subhanallah....
    maukah anada semuanya menjadi orang yang merugi.tidak tentunya, maka jauhilah smua laranganNya.dan lakukan lah dengan senang hati apa yang menjadi perintahNya..

    semoga anda menjadi orang yang beruntung di dunia dan di aherat nantinya.

    BalasHapus